DAMPAK PEMBANGUNAN PLTU
Di susun oleh :
Burhanuddin Kalana Jaya
NIM : A9.10.01.0011
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN D-III
POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
2012
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia_Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Makalah Analisa
Dampak Kesehatan Lingkungan dengan Judul Dampak Pembangunan PLTU. Tidak lupa
juga saya ucapkan terima kasih kepada dosen Pengampu Analisa Dampak Kesehatan
Lingkungan yaitu Cecep Dani Sucipto, SKM, M.Sc yang telah membimbing kami agar
dapat mengerti tentang bagaimana menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dampak
pembangunan PLTU terhadap lingkungan sekitar dan terhadap kesehatan manusia,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Laporan ini di
susun dengan berbagai halangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga laporan saya dapat bermanfaat bagi mahasiswa/mahasiswi dan semua
yang membaca dan mudah-mudahan juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, saya
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penulis,
Burhanuddin Kalana Jaya
Sumber energi di Indonesia
ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi,cadangan gas alam yang
mencukupi serta cadangan batubara yang melimpah. Sumber daya energi
batubara diperkirakan sebesar 36,5 milyar ton, dengan sekitar 5,1 milyar tondikategorikan
sebagai cadangan terukur. Sumber daya ini sebagian besar berada
diKalimantan yaitu sebesar 61 %, di Sumatera sebesar 38 % dan sisanya
tersebar di wilayahlain. Selama sepuluh tahun terakhir ini penggunaan
batubara dalam negeri terus mengalami pertumbuhan sejalan
dengan pertumbuhan perekonomian dan industrialisasi. Sektor tenaga
listrik merupakan sektor yang mengkonsumsi batubara paling besar. Pada
saat ini ada 30 % pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara. Diperkirakan
konsumsi batubara untuk pembangkit listrik akan mencapai dua kali
lipat pada awal abad 21. Permasalahan utama dalam pemanfaatan
batubara adalah gas buang hasil pembakaran yang menghasilkan polutan
seperti SO2, NO2, dan abu terbang (fly ash). Pembakaran
batubara juga menghasilkan CO2 yang berperan dalam proses pemanasan
global. Permasalahan tersebut sedang dicari pemecahannya melalui
penelitian yang telah dan sedang dikembangkan saat ini.
Penelitian secara teknis
yang telah dilakukan untuk mengurangi dampak negatif kegiatan PLTU
batubara diantaranya adalah sistem pembakaran batubara bersih, dan
teknologi daur kombinasi gasifikasi batubara terintegrasi yang dapat
menurunkan tingkat emisi yang dihasilkan PLTU batubara. Aktivitas riset dalam PLTU batubara
saat ini dapat menerapkan konsep Penakaran Daur Hidup atau Life
Cycle Assessment (LCA). Life Cycle Assessment merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasidampak suatu
produk terhadap lingkungan. Konsep dasar LCA didasarkan pada
pemikiranbahwa suatu sistem industri tidak dapat terlepas dengan
lingkungan tempat industri itu berada. Masyarakat Toksikologi
Lingkungan dan Kimia (Society for Environmental Toxicology and
Chemistry / SETAC) telah berperan penting dalam
mengembangkan kerangka kerja LCA dan telah menstandarisasinya dengan
seri ISO 14040 khusus mengenai LCA. Studi LCA telahdigunakan untuk
menganalisis dampak lingkungan rumah sakit[3], industri lampu[4],
danmengevaluasi emisi gas rumah kaca dari PLTN. Penakaran daur hidup dapat
digunakan untuk identifikasi permasalahan dalam siklus hidup PLTU
batubara dan pengembangan kebijakan untuk perbaikan dan
merupakan suatu aspek lingkungan dari produk.
Tujuan utama studi
pendahuluan Penakaran Daur Hidup (Life Cycle Assessment/LCA)
ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis aspek lingkungan
PLTU batubara kapasitas 50 mwatt. Semua aliran bahan, energi dan
emisi untuk tiap-tiap tahapan sistem dianalisis mulai dari
penambangan batubara sampai energi listrik tersuplai pada konsumen.
Dengan melakukan studi pendahuluan LCA diharapkan dapat
digunakan untuk mengidentifikasikan peluang untuk meningkatkan suatu
sistem proses yang berwawasan lingkungan.
Dalam makalah ini membahas dampak keberadaan PLTU terhadap kesehatan
masyarakat sekitar yang hidup di sekitar PLTU dan lingkungan sekitar
pembangunan PLTU. Maka rumusan masalah adalah dampak PLTU terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Untuk mengetahui dampak yang ditimbul oleh keberadaan PLTU terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara adalah salah satu jenis instalasi
pembangkit tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari mesin turbin yang
diputar oleh uap yang dihasilkan melalui pembakaran batubara. PLTU
batubara adalah sumber utama dari listrikdunia saat
ini. Sekitar 60% listrik dunia bergantung pada batubara, hal
ini dikarenakan PLTU batubara bisa menyediakan listrik dengan harga yang murah.
Kelemahan utama dari PLTU batubara adalah pencemaran emisi
karbonnya sangat tinggi, paling tinggi dibanding bahan bakar lain.
Prinsip kerja PLTU secara
umum adalah pembakaran batubara pada boiler untuk memanaskan air dan mengubah
air tersebut menjadi uap yang sangat panas yang digunakan untuk
menggerakkan turbin dan menghasilkan tenaga listrik dari kumparan medan magnet
di generator. Sistem Pengaturan yang digunakan pada power plant ini
menggunakan sistem pengaturan Loop tertutup, dimana air yang digunakan untuk
beberapa proses merupakan putaran air yang sama, hanya perlu ditambahkan jika
memang level yang ada kurang. Bentuknya saja yang berubah, pada level tertentu
berwujud air, tetapi pada level yang lain berwujud uap.
Jika kita melihat secara sederhana bagaimana siklus PLTU itu, lihat saja
proses memasak air. Air dimasak hingga menguap dan uap ini lah yang digunakan
untuk memutar turbin dan generator yang nantinya akan menghasilkan energi
listrik.
Pembangkit listrik pada dasarnya
adalah tempat untuk mengubah energi yang dikandung oleh bahan bakar menjadi
energi listrik. Mari kita lihat pembangkit yang menggunakan batubara, yaitu
PLTU. Prinsip kerja pembangkit ini secara sederhana dapat diilustrasikan
seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema cara kerja
pembangkit listrik berbahan bakar batubara.
Batubara yang merupakan bahan
bakar dipasok ke dalam tungku (furnace).
Di situ batubara dibakar dan akan menghasilkan energi atau kalor.
Selanjutnya energi tersebut akan dipindahkan ke air di dalam boiler (F), di mana air
kemudian akan mendidih dan berubah bentuk menjadi uap (A). Uap yang mempunyai
suhu tinggi dan tekanan tinggi ini akan dialirkan ke turbin (B). Di dalam
turbin, uap akan melewati sudu-sudu turbin yang kemudian akan memutar poros
untuk menggerakkan generator (C) dan menghasilkan listrik. Uap yang telah
melewati turbin selanjutnya akan masuk ke dalam kondensor (D), di mana uap
tersebut akan didinginkan dan berubah bentuknya kembali menjadi cair. Air dari
kondenser selanjutnya akan dikembalikan ke dalam boiler dengan menggunakan
pompa umpan (E). Demikian seterusnya proses tersebut berlangsung
berulang-ulang. Karena proses tersebut berulang dan menggunakan uap sebagai
media untuk memindahkan energi, maka proses ini disebut dengan
istilah siklus uap atau
dikenal juga dengan istilah siklus Rankine.
Lalu bagaimana halnya dengan
reaktor nuklir atau PLTN? PLTN yang beroperasi saat ini sebagian besar
juga bekerja berdasarkan proses siklus Rankine. Oleh karena itu secara garis
besar prinsip pembangkitan listriknya juga mirip dengan PLTU. Akan tetapi bedanya,
bahan bakarnya diganti dengan bahan bakar nuklir. Proses terbentuknya energi
tidak berada di tungku, melainkan di teras reaktor. Gambar 2 di bawah ini
menampilkan skema kerja PLTN.
Gambar 2. Skema cara kerja
pembangkit listrik tenaga nuklir.
Kalau dilihat dari Gambar 1 dan
Gambar 2, akan tampak dengan jelas perbedaannya. Tungku dan boiler yang ada di
PLTU ternyata diganti dengan sistem pemasok uap nuklir atau SPUN (Nuclear Steam Supply System/NSSS).
Di luar dari SPUN, komponen-komponen yang ada sangatlah mirip dengan yang ada
di PLTU. Oleh karena itu, orang yang bekerja di PLTN tidak hanya berasal dari
lulusan teknik nuklir saja, tetapi juga dari bidang keteknikan yang lain
seperti teknik mesin, teknik listrik, teknik kimia dan sebagainya. Lalu apa
yang ada di dalam SPUN tersebut? Kita akan meninjau dua jenis PLTN yang banyak
digunakan di dunia, yaitu jenis reaktor air tekan / RAT (Pressurized Water Reactor/PWR) dan
reaktor air didih / RAD (Boiling
Water Reactor / BWR), yang skemanya bisa kita lihat di Gambar 3 dan
4.
Gambar 3. Skema cara kerja
reaktor air tekan.
Pada PLTN jenis RAT, kita bisa
melihat bahwa uap yang kemudian akan masuk ke turbin ternyata dihasilkan
di steam generator (SG)
atau pembangkit uap. Jadi di sini yang bertindak sebagai boiler adalah SG.
Bahan bakar nuklir berada di
dalam teras reaktor (reactor core),
dan teras reaktor berada di dalam bejana reaktor (reactor vessel). Bahan bakar akan
mengalami reaksi fisi dan menghasilkan energi termal yang berada di material
bahan bakar itu sendiri. Agar energi tersebut dapat dimanfaatkan, maka bahan
bakar harus didinginkan menggunakan air pendingin. Jadi air pendingin ini akan
mengalir ke dalam teras reaktor dari bawah, selanjutnya mengambil kalor dari
bahan bakar, dengan demikian suhunya akan naik, dan selanjutnya keluar ke atas
dari teras untuk selanjutnya masuk ke SG. Di dalam SG energi yang dikandung
oleh air akan digunakan untuk menguapkan air yang akan masuk ke turbin. Air
yang sudah dingin selanjutnya akan dikembalikan ke teras reaktor. Pada PLTN
jenis ini, air pendingin reaktor dijaga jangan sampai mendidih, caranya dengan
mempertahankan tekanan air tetap tinggi. Agar tujuan ini tercapai digunakan
komponen yang disebut pressurizer (PRZ).
Jadi kalau mau dicari ciri khas
dari PLTN tipe PWR ini:
1. PWR
mempunyai dua aliran pendingin yang terpisah, yaitu air untuk mendinginkan
reaktor (istilahnya adalahsistem pendingin primer) dan air yang akan menjadi
uap untuk memutar turbin (istilahnya adalah sistem pendingin sekunder).
2. Proses
pendidihan air terjadi di SG, di mana energi ditransfer dari pendingin primer ke pendingin sekunder.
3. Pada
sistem pendingin primer tidak terjadi pendidihan karena tekanan dijaga tetap
tinggi oleh PRZ.
4. Batang
kendali yang mengatur
berlangsungnya reaksi fisi terletak di bagian atas bejana reaktor.
Gambar 4. Skema cara kerja
reaktor air didih.
Tampak dari Gambar 4 di atas
bahwa pada BWR hanya ada satu jenis air pendingin saja. Proses pendidihan
terjadi di dalam bejana reaktor, atau dengan kata lain yang bertindak
sebagai boiler ya
bejana reaktornya itu sendiri. Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi akan
digunakan secara langsung untuk mendidihkan air dan uap yang dihasilkan dari
bejana reaktor akan langsung dialirkan menuju ke turbin.
Ciri khas dari reaktor ini
adalah:
1. Hanya
ada satu jenis aliran pendingin.
2. Proses
pendidihan berlangsung di dalam bejana reaktor.
3. Karena
terjadi pendidihan pada sistem pendingin maka tekanan pendingin lebih rendah
daripada PLTN jenis PWR.
4. Karena
uap akan mengumpul di bagian atas bejana, maka batang kendali ditempatkan di
bagian bawah bejana reaktor.
Radiasi yang ditimbulkan oleh
SUTT (Saluran Listrik Tegangan Tinggi) sangat berbahaya bagi kesehatan.
Pemerintah lebih memilih membangun SUTT melewati pemukiman warga ketimbang
melewati tanah yang kosong yang jaraknya agak lebih jauh. Pemerintah hanya memikirkan
kerugian yang di dapatnya dalam biaya pemindahan SUTT dibanding kerugian yang
didapat oleh warga yang rumahnya terlintas oleh jalur SUTT.
Dalam proses produksi listrik
dari pada PLTU batu bara terdapat proses pembakaran batubara. Seperti halnya
bahan bakar fosil lainnya, dalam proses pembakaran batubara selain dihasilkan
pelepasan energy berupa panas juga dihasilkan abu dan asap. Debu dan asap ini
merupakan polutan yang dihasilkan dari PLTU batubara. Berikut polutan utama
yang dihasilkan oleh PLTU batubara :
• SOx
merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber gangguan paru-paru dan
dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.
• NOx
merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh PLTU batubara bersama
dengan gas Sox, keduanya merupakan penyebab terjadinya "hujan asam"
yang terjadi di banyak negara maju dan berkembang, terutama yang menggantungkan
produksi listriknya dari PLTU batubara. Hujan asam dapat memberikan dampak
buruk bagi industri peternakan dan pertanian.
• COx merupakan
emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan pada atmosfer yang dapat
menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat menimbulkan efek rumah kaca ("green-house effect"), hal
ini dapat berpengaruh pada perubahan iklim global.
• fly ash ( abu
terbang)
Jenis-jenis penyakit yang ditimbulkan oleh patikulat fly ash batubara:
1) Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa
SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu
silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran
beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari
itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi,
timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga
banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan
keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti
debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi
sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala
penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara
cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis
ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali
tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas
yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya
mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan
semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang
akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang
ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan
preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya.
Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah
menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit
saluran pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala
bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan
penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja,
selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat
penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.
2) Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang
batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara,
seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada
kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga
Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit
silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit
antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu
batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga
sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka
penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu
penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit
tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan
waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya.
Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau
emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka
antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang
diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi
sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit
antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan
kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta
juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.
• Debu
yang dihasilkan dari pembakaran batubara mengandung partiker radioaktif, salah
satu diantaranya diantaranya adalah Radon dan Uranium 233. Disamping ancaman
radiasi dari partikel-partikel radioaktif, debu hasil pembakaran batubara
mengancam kesehatan penduduk sekitar.
• Disamping itu
debu dari hasil pembakaran batubara juga mengandung partikel berbaya lainnya,
diantaranya adalah logam-logam berat seperti Pb,Hg,Ar,Ni,Se, dll, dari hasil
penelitian disekitar PLTU, terbukti kadar logam berat tersebut jauh di atas
nilai ambang batas yang diizinkan.
Jika kita tinggal di daerah
metropolitan seperti Los Angeles, kita mungkin terbiasadengan asap
perkotaan - asap berwarna kuning gelap atau kecoklatan yang
membentukgumpalan udara yang mengambang di daerahdaerah berpenduduk pada
hari musim panas2).Asap sebagian besar terdiri dari lapisan bawah ozon (O3),
tetapi juga banyak mengandungunsur-unsur kimia lainnya, termasuk
karbon monoksida (CO), unsur partikel seperti debu,senyawa volatil organik
(VOCs) seperti benzene, butane, dan hidrokarbon lainnya. Lapisan
bawah ozon yang berbahaya jangan disamakan dengan lapisan ozon yang
berguna di stratosfer untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet
matahari yang berbahaya. Ozon di bagian permukaan tanah merupakan polutan dengan
beberapa pengaruh yang merugikan kesehatan. Sumber utama nitrogen oksida
dan hidrokarbon adalah kendaraan bermotor. Hidrokarbon dan nitrogen
oksida bereaksi terhadap sinar matahari pada hari yang cerah untuk
membentuk lapisan bawah ozon, yaitu komponen utama dari asap (Gambar 2).
Puncak dari pembentukan asap biasanya pada sore hari saat suhu
tertinggi dan banyak sinar matahari. Meskipun lapisan bawah asap dan
ozon terbentuk di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat atau
daerah industri, namun angin yang bertiup dapat membawanya
beberapa ratus mil ke kota lain. Ini menunjukkan bahwa polusi tidak
mengenal batas, dan merupakan masalah global.
Ozon dapat menyebabkan iritasi
pada mata dan merusak kantung udara pada paru-paru,dimana oksigen dan karbon
dioksida bertukar, yang pada akhirnya menyebabkan pengerasanpada jaringan
lunak dan kenyal. Hal itu juga dapat menyebabkan sesak napas,
kelelahan, sakit kepala, mual, dan memperburuk masalah pernapasan
seperti asma. Setiap bagian ozonberdampak kecil terhadap kerusakan pada
paruparu, seperti halnya asap rokok, yang akhirnyamengikis kapasitas
paru-paru setiap manusia. Tetap berada di dalam rumah dan
mengurangiaktivitas fisik pada saat kondisi asap meningkat dapat
meminimalisasi kerusakan yang parah.Ozon juga merugikan
tumbuh-tumbuhan dengan merusak jaringan-jaringan daun. Untukmeningkatkan
kualitas udara di daerah-daerah dengan masalah ozon terburuk, ReformulatedGasoline (RFG)
yang mengandung 2% oksigen telah diperkenalkan. Penggunaan RFG
telahmenghasilkan penurunan yang signifikan dalam emisi ozon dan polutan
lainnya, danpenggunaannya diwajibkan untuk daerah-daerah yang rawan banyak asap3).
Polutan yang berbahaya lainnya
pada asap adalah karbon monoksida, yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
merupakan gas yang beracun. Karbon monoksida sebagianbesar
berasal dari kendaraan bermotor, dandapat mencapai tingkat yang berbahaya
di daerah dengan lalu lintas sangat padat. Karbon monoksida
menghalangi organ-organ tubuh untuk mendapatkan oksigen dengan
cara mengikat sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen. Pada
jumlah yang kecil, karbon monoksida dapat menyebabkan berkurangnya
jumlah oksigen yang dikirim ke otak, organ dan otot lainnya,
memperlambat reaksi dan reflek, dan bersifat merusak. Itu menimbulkan
ancaman yang serius bagi orang yang berpenyakit jantung yang
disebabkanrapuhnya kondisi sistem peredarahan darah dan janin, karena
oksigen sangat dibutuhkan untukperkembangan otak. Pada jumlah yang
besar, dapat berakibat fatal, sebagaimana dibuktikandengan banyaknya
kematian yang disebabkan oleh mobil yang dipanaskan di dalam garasi
dankebocoran gas buangan ke dalam mobil. Asap juga mengandung unsur
partikel yang tersuspensi seperti debu yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor dan industri. Partikel seperti itu dapat menyebabkan iritasi pada
mata dan paru-paru karena dapat membawa senyawa, seperti asam dan
logam. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon optimistis krisis ekonomi
global bukanhalangan bagi negara di dunia untuk menghimpun dana hijau 100
miliar dollar AS per tahun pada 2020 ini dikatakan pada pertemuan
Para Pihak Kerangka Kerja PBB untuk Konvensi perubahan iklim di
Cancun, Meksiko).
Bahan bakar fosil adalah campuran
dari berbagai macam bahan kimia, termasukbelerang (sulfur) dalam jumlah
kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi dengan oksigenmembentuk sulfur
dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara. Sumber utama SO2 adalah
pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara dengan kandungan
sulfur tinggi. Di Amerika Serikat dilakukan The Clean Air
Act tahun 1970 telah membatasi emisi SO2 dengan tegas yang
mengharuskan pembangkitpembangkit untuk menggunakan Scrubber, untuk
mengubah menjadi batubara dengan kandungan sulfur rendah, atau mengubah menjadi
gas batubara dan memperbaiki sulfur kembali) . Kendaraan bermotor
juga merupakan salah satu sumber SO2karena bensin dan solar juga
mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan gunung merapidan air mata
panas juga melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan bau seperti bau
telurbusuk). Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap air
dan bahan kimia lainnya dilapisan atas atmosfer dihadapan sinar
matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat.
Asam yang terbentuk
biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke dalam awan atau
kabut. Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara ke
tanah bersama hujan atau salju. Hal ini dikenal sebagai hujan asam.
Tanah mampu menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah besar
yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan batubara
murah dengan kandungan sulfur tinggi telah melampaui batas kemampuan
tanah, dan sebagai hasilnyabanyak danau dan sungai di
daerah-daerah industri seperti New York, Pennsylvania, danMichigan menjadi
sangat asam bagi kehidupan ikan). Hutan di daerah-daerah tersebut
jugamengalami kerusakan secara perlahan karena menyerap asam melalui daun,
batang, dan akar.Bahkan struktur marmer memburuk akibat hujan asam.
Besarnya masalah ini tidak diketahui sampai awal 1970-an, dan langkah-langkah serius telah
dilakukan sejak saat itu untuk mengurangi pembentukan sulfur dioksida
secara drastis dengan penggunaan scrubber pada pembangkit-pembangkit
dan dengan desulfurisasi batubara sebelum pembakaran.
Anda mungkin menyadari ketika anda meninggalkan mobil di
bawah terik matahari,interior di dalam mobil menjadi lebih panas dari pada
udara di luar mobil, dan mungkin andabertanya-tanya mengapa mobil anda
berfungsi seperti perangkap panas. Ini dikarenakan kacapada ketebalan yang
dapat mentransmisikan dengan mudah lebih dari 90% radiasi dalam jarak
pandang dan buram (non-transparan) menjadi radiasi dengan jarak
panjang gelombang inframerah yang lebih panjang. Oleh karena itu,
kaca memungkinkan radiasi matahari untuk masuk secara bebas,
tetapi menghalangi radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan
interior. Ini menyebabkan peningkatan suhu pada interior sebagai
akibat dari penumpukan energi panas di dalam mobil. Efek pemanasan ini
dikenal sebagai efek rumah kaca, karena efek ini digunakan terutama
di rumah kaca.Ketentraman
Masyarakat.
Efek rumah kaca juga dialami oleh
bumi dalam skala besar. Permukaan bumi, yangmenghangat pada siang hari
karena adanya penyerapan energi surya, dan mendingin padamalam hari dengan
memancarkan sebagian energinya ke ruang angkasa berupa radiasi inframerah.
Karbon dioksida, uap air, dan sisa dari beberapa gas lainnya seperti
metana dan nitrogen oksida menyelimuti bumi dan membuat bumi tetap
hangat pada malam hari dengan cara menghalangi panas yang
terpancar dari bumi (Gambar 4). Oleh karena itu, ini disebut juga
"gas rumah kaca", dengan CO2 sebagai komponen utamanya. Uap air
biasanya tidak termasuk di dalamnya karena jatuh berupa hujan atau
salju sebagai bagian dari siklus air dan aktivitas manusia dalam
memproduksi air (seperti pembakaran bahan bakar fosil) yang tidak
merubah konsentrasi uap air di atmosfer (yang sebagian besar disebabkan
oleh penguapan dari sungai, danau, dan lautan). CO2 berbeda,
bagaimanapun, aktivitas masyarakat kita merubah konsentrasi CO2 di
atmosfer. Efek rumah kaca membuat kehidupan di bumi terus berlangsung
dengan menjaga bumi tetap hangat (sekitar 30°C). Namun, jumlah
gas yang berlebih ini mengganggu keseimbangan karena terlalu banyak energi
yang tertahan, yang menyebabkan suhu rata-rata bumi meningkat dan
iklim di beberapa lokasi berubah. Konsekuensi-konsekuensi yang tidakdiinginkan
efek rumah kaca ini disebut sebagai pemanasan global atau perubahan
iklim global3).Perubahan iklim global terjadi karena penggunaan yang
berlebihan dari bahan bakar fosil seperti batu bara, produk minyak
bumi, dan gas alam di pembangkit tenaga listrik, transportasi,
bangunan, dan pabrik, dan telah menjadi perhatian dalam beberapa
decade terakhir. Pada tahun 1995, sebanyak 6,5 miliar ton karbon
terlepas ke atmosfer sebagai CO2. Konsentrasi CO2 di atmosfer
sekarang ini adalah sekitar 360 ppm (atau 0,36%). Konsentrasi ini
adalah 20% lebih tinggi dari satu abad yang lalu, dan diperkirakan
akan meningkat sampai lebih dari 700 ppm pada tahun 2100). Pada
kondisi normal, tumbuhtumbuhan mengkonsumsi CO2 dan melepaskanO2 pada
saat proses fotosintesis, dengan demikian konsentrasi CO2 di atmosfer
tetap terjaga pada kondisi aman. Pohon yang tumbuh besar mengkonsumsi
CO2 sekitar 12 kg tiap tahunnya dan mengeluarkan cukup oksigen
dan dapat menunjang kebutuhan bernapas untuk empat keluarga. Akan
tetapi, penebangan hutan dan meningkatnya produksi CO2 dalambeberapa
dekade terakhir mengganggu keseimbangan ini.
Kerusakan yang di akibatkan oleh pencemaran udara yang berasal dari PLTU
akan merusak biota lautan dan pantai yang dekat dengan PLTU. Kerusakan berawal
dari kerusakan terumbu karang langka yang menjadi tempat berkembang-biaknya
ikan dan biota laut lainnya. Rusaknya terumbu karang dipastikan akan
menyebabkan berkurangnya populasi ikan dan biota laut lainnya di wilayah
tersebut. Akibatnya, penghasilan para nelayan sekitar pun akan menurun.PLTU
menggunakan sumber energi yang berasal dari fosil batubara yang berada di
daerah lain. hal ini memerlukan sarana seperti dermaga dan transportasi. dalam
pembangunan PLTU memerlukan batu dan tanah. Batu dan tanah yang diperuntukan
untuk pembangunan dermaga itu diambil dari pegunungan atau dataran tinggi. hal
itu sangat merusak alam dan rawan akan bencana longsor.
Radiasi yang ditimbulkan oleh
SUTT (Saluran Listrik Tegangan Tinggi) sangat berbahaya bagi kesehatan. Warga
yang rumahnya di lalui oleh SUTT tentunya akan mengalami kerugian yang sangat
besar. Selain kerugian dari dampak radiasi, warga juga dirugikan di bidang
material. Pemerintah lebih memilih membangun SUTT melewati pemukiman warga
ketimbang melewati tanah yang kosong yang jaraknya agak lebih jauh. Pemerintah
hanya memikirkan kerugian yang di dapatnya dalam biaya pemindahan SUTT
dibanding kerugian yang didapat oleh warga yang rumahnya terlintas oleh jalur
SUTT. Rumah warga yang dilalui kabel SUTT tidak diberikan ganti rugi oleh
pemerintah, melainkan hanya diberi uang yang jumlahnya sangat jauh lebih
sedikit dari kerugian yang didapat oleh warga. Warga hanya bisa pasrah atas
kerugian ini. Ketika warga melakukan protes untuk dipindahkannya kabel SUTT
ketempat yang jauh dari pemukiman warga, tetapi Pemerintah tidak
mandengarkan/memperdulikan apa yang diinginkan warga tersebut, melainkan diam
saja dan tidak memindahkan SUTT itu.
Dari pembakaran batubara
diseluruh dunia juga telah ditimbulkan limbah radioaktif Uranium dan Thorium
sebesar 37.000 ton setiap tahunnya, dimana 7.300 ton diantaranya berasal dari
PLTU batubara di Amerika Serikat. Yang lebih mengkhawatirkan, desain PLTU
umumnya tidak dirancang secara maksimal untuk mencegah radiasi kelingkungan dan
manajemen PLTU juga tidak dirancang untuk mengelola masalah limbah radioaktif
ini.
Dampak yang di timbulkan lainya
dalam pembangunan PLTU adalah asap hasil pembakaran batubara. Apabila terus
menerus menghirup asap dari hasil pembakaran itu, lambat laun akan mengalami
kerusakan pernapasan. Unsur beracun menyebabkan penyakit kulit, gangguan
pencernaan, paru- paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan
limbah apabila digunakan masyarakat secara terus menerus, gejala penyakit itu
biasa akan tampak setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.
Masyarakat pada umumnya hanya mengetahui bahwa pemakaian batubara sebagai bahan
bakar dapat menimbulkan polutan yang mencemari udara berupa CO (karbon
monoksida), NOx (oksida-oksida nitrogen), SOx (oksida-oksida belerang), HC
(senyawa-senyawa karbon), fly ash (partikel debu). dan juga partikel-partikel
yang terhambur ke udara sebagai bahan pencemar udara. Partikel-partikel
tersebut antara lain adalah: Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C),
Debu-debu silika (SiO 2 ), Debu-debu alumia (Al 2 O 3 ) dan Oksida-oksida besi
(Fe 2 O 3 atau Fe 3 O 4 ) Partikel-partikel tersebut dapat menimbulkan dampak
pencemaran lingkungan, selain timbulnya hujan asam yang dapat merusak hutan dan
lahan pertanian maupun efek rumah kaca yang dapat menyebabkan kenaikan suhu di
permukaan bumi dengan segala efek sampingannya yang disebabkan oleh gas-gas
hasil pembakaran batubara.
Sebagaimana halnya polutan (bahan
pencemar) konvensional yang keluar dari batubara, polutan radioaktif pun dapat
dengan mudah masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup oleh
paru-paru, maupun melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi oleh polutan
radioaktif. Polutan radioaktif yang terakumulasi didalam tubuh dalam jumlah
yang banyak dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama karena sifat polutan
radioaktif yang pada umumnya adalah carcinogenik atau perangsang timbulnya
kanker. Jadi secara jujur dapat dikatakan bahwa pemakaian batubara juga dapat
menaikkan kontribusi zat radioaktif dilingkungan.
PLTU batubara berkapasitas 1.000
MW akan menghasilkan limbah per tahunnya berupa CO2 sebanyak 6,5 juta ton, SO2
sebanyak 44.000 ton, NOx 22.000 ton, dan abu 320.000 ton yang mengandung 400
ton racun logam berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri, dan timah. Limbah
batubara dibuang ke biosfer yakni ke udara, air dan tanah, sehingga menjadi
berbahaya terhadap lingkungan.
Selain dampak bagi kesehatan,
dampak lain dalam pembangunan PLTU menimbulkan kerusakan alam dan jalan-jalan
utama. Dalam pembangunan PLTU banyak diperlukan batu dan tanah untuk membuat
dermaga yang diperuntukan sebagai jalan distribusinya batubara dari kapal
tanker ke mesin pembakaran.
Batu dan tanah yang diperuntukan
untuk pembangunan dermaga itu diambil diri pegunungan atau dataran
tinggi. hal itu
sangat merusak alam dan rawan akan bencana longsor. Bukan hanya pada proses
pengambilannya saja yang bermasalah, proses pendistribusiannya pun bermasalah.
Masalah itu adalah jalan-jalan yang dilalui oleh truk-truk besar pengangkut
batu dan tanah menjadi rusak berat. Jalanan menjadi berlubang dan rawan
kecelakaan. Bukan hanya truk itu saja yang membuat jalan rusak, tapi
mobil-mobil besar pengangkut alat besar dan baja-baja sangat berperan besar
baga rusaknya jalan. Yang disayangkan adalah pemerintah tidak berupaya segera
memperbaiki jalan-jalan yang rusak dengan alasan bahwa percuma diperbaiki, toh
akan rusak lagi!. Padahal jalan-jalan yang rusak itu merupakan jalan utama,
diantaranya jalan di cilegon menuju Labuan, sepanjang jalan cibaliung sampai
tarogong, dan jalan di arah Pandeglang sampai Labuan. Jalan-jalan itu sudah
jelas merupakan jalan utama proppinsi. Selain jalan-jalan utama, jalan kecil
disekitar pertambangan batu menjdi rusak parah,jalanan menjadi berdebu dan
berbahaya bagi pernapasan.
Pada
pelaksanaan pembangunan juga bukan tidak ada masalah Melainkan terdapat
masalah-masalah didalamnya, banyak kuli-kuli yang meninggal dunia akibat dari
pembangunan itu. Penyebabnya adalah kecelakaan-kecelakaan dari proses
pembangunan PLTU. Misalkan, para pegawaai banyak yang terjatuh ketika mengelas
di ketinggian tinggi yang hanya di lindungi sabuk pengaman, pegawai ada yang
terkubur oleh beton, banyak lagi kecelakaan kecil dan besar lainya yang
menyebabkan meninggal dunia dan cacat permanen. Gaji dari pegawai itu tidak
seberapa dibanding dengan resiko yang akan diterimanya. Pihak
pemborong-pemborong pembangunan PLTU menutup-nutupi apabila ada pegawainya yang
meninggal, dengan cara keluarga pegawai itu diberi uang.
Selain pada proses
pembangunannya, pada saat penghidupan pertama mesin menimbulkan kekacauan yang
besar. Disaat orang sedang nyenyak tidur di waktu dini hari, terdengar suara
gemuruh yang amat kencang menyerupai ombak laut. Spontan warga panik keluar
rumah karena takut terjadi tsunami. kebisingan itu berlarut larut hinga hampir
dua minggu lamanya. Pemerintah dalam hal ini tidak mau tahu soal dampak
yang di timbulkan ini. Melainkan hanya ingin proyeknya beres tepat pada
waktunya. Dapat dilihat disini bahwa pemerintah sangat egois yang mementingkan
proyeknya, tidak mementingkan penderitaan yang di alami oleh rakyatnya.
Batubara sangat potensial
digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di masadepan tetapi
banyak kendala yang dihadapi untuk memanfaatkan batubara secara
besarbesaran. Kendala tersebut antara lain:
a. Batubara
berbentuk padat sehingga sulit dalam penanganannya,
b. Batubara
banyak mengandung unsur sulfur dan nitrogen yang bisa menimbulkan
emisipolutan yang berbahaya, dan
c. Batubara
mengandung banyak unsure karbon bila dibakar akan menghasilkan
gas co2 yang dapat menyebabkan pemanasan global.
Usaha untuk mengurangi dampak
negative PLTU batubara dapat dimulai dari prosespenambangan batubara.
Salah satu proses yang dapat digunakan adalah dengan teknologiUnderground
Coal Gasification (UCG). Teknologi ini merupakan proses
untukmengkonversikan batubara secara in-situ menjadi bahan
bakar gas dan untuk penggunaanindustri kimia lainnya. Proses UCG
ini dilakukan melalui injeksi uap dan udara atau oksigen (O2) ke
dalam lapisan batubara (coal seam) yang berada di bawah
permukaan tanah melalui sumur produksi (production well).
Di lapisan batubara bawah tanah akan terbentuk rongga (cavity) dan
terjadi proses gasifikasi serta proses kimiawi, yaitu batubara
tersebut akan terbakar menghasilkan gas. Gas ini kemudian disalurkan
melalui pipa khusus ke permukaan tanah, di tempat ini terletak
instalasi pengolahan gas (gas processing). Sebagian
gasdipergunakan sebagai bahan bakar stasiun pembangkit tenaga listrik dan
sebagian lagidipergunakan sebagai bahan sintesis (syngas)bahan
kimia, seperti hidrogen, dan metanol.Usaha lain yang dapat dilakukan
untuk membuat PLTU batubara yang ramah lingkungan dapat menerapkan
teknologi bersih batubara. Batubara yang dibakar di boiler
akanmenghasilkan tenaga listrik serta menghasilkan emisi seperti partikel,
SO2, NOx, dan CO2.Emisi tersebut dapat dikurangi menggunakan teknologi
seperti denitrifikasi, desulfurisasi,electrostratic precipitator (penyaring
debu), dan separator CO2. Upaya untuk peningkatan
pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan metode mengubah atau
memanfaatkan limbah menjadi produk baru yang bernilai
ekonomis. Pengelolaan yang dapat dilakukan diantaranyaadalah sebagai
berikut :
a. Mengolah Polutan menjadi
Gipsum
Proses ini dimulai dengan
pemisahan polutan yang dapat dilakukan menggunakan penyerap batu
kapur atau Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam
fasilitas flue gas desulfurization (FGD) kemudian disemprotkan udara sehingga SO2
dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3. Gas buang
selanjutnyadidinginkan dengan air, sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O)
membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan dengan
Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang
yang keluar dari sistim FGD sudah terbebas dari oksida sulfur.
b. Mengolah polutan menjadi pupuk
Peralatan berteknologi tinggi lain yang kini mulai dipakai untuk mengolah
polutan penyebab hujan asam adalah electron beam machine atau Mesin Berkas
Elektron (MBE). Proses pembersihan gas buang dilakukan dengan mendinginkan SOx
dan NOx dengan semburan air (H2O). Ke dalam campuran senyawa ini selanjutnya
ditambahkan gas ammonia dan dialirkan ke dalam tabung pereaksi (vessel).
Campuran senyawa yang mengalir dalam tabung pereaksi ini selanjutnya
diirradiasi dengan berkas elektron. Gas-gas polutan akan berubah, SOx menjadi
SO3 dan Nox menjadi NO3 karena mendapatkan tambahan energi dari elektron. Kedua
senyawa tersebut bereaksi dengan air sehingga dihasilkan produk antara(intermediate
product) berupa asam sulfat dan asam nitrat. Setelah 0,1 detik
dari proses irradiasi, produk antara (asam sulfat dan asam nitrat)
bereaksi dengan ammonia sehingga dihasilkan produk akhir
berupa ammonium sulfat dan ammonium nitrat. Kedua senyawa ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk sulfat dan pupuk nitrogen.
Dampak yang ditimbulkan dari PLTU adalah
1. Radiasi yang berasal dari SUTT yang
dapat menggangu kesehatan masyrakat.
2. Pencemaran udara dan hujan asam
sangat berdampak terhadap kesehatan seperti timbulnya penyakit silikosis dan
antraksis.
3. Kerusakan ekosistem dan biota hidup
yang disebabkan pembangunan PLTU dan pencemaran udara.
4. Kerusakan sarana jalan dan menggangu
ketentraman masyarakat sekitar saat beroperasinya PLTU.
1. Bagi pemerintah diharapkan dalam
pembangunan PLTU perlu mempertimbangkan lokasi dan dampaknya terhadap
lingkungan dan masyarakat lebih jauh serta melakukan penanganan terhadap dampak
yang ditimbulkan.
2. Bagi pihak PLTU berupaya mengurangi
zat pencemar yang dihasilkan oleh PLTU seperti pengolahan polutan menjadi
gipsum dan pupuk.
3. Bagi masyarakat diharapkan tidak
mendirikan rumah di dekat PLTU untuk mengurangi dampak PLTU secara langsung dan
besar.
Anonim. 2009. Mengenal pltu.http://fege.wordpress.com/2009/07/13/mengenal-pltu-2. Di
akses tanggal 11 januari 2013
Anonim. 2012. Sekilas tentang cara kerja pltu. Http://ilmunuklir.com/2012/03/15/sekilas-tentang-cara-kerja-pltn. Di
akses tanggal 11 januari 2013
Anonim. 2012. Dampak pembangunan pltu. Http://digilib.unitomo.ac.id/gdl.php?Mod=browse&op=read&id=jbptunitomo-5ngy4qbbphgcxfuxgv4ewc3glifrvq-ariseko-628. Di
akses tanggal 11 januari 2013
Anonim.2012. Cara kerja pltu. Http://sditompokersan.byethost7.com/berita-158-cara-kerja-pltu.html. Di
akses tanggal 11 januari 2013.
Anonim. 2012. Dampak pltuhttp://www.pelita.or.id/baca.php?Id=63498. Di
akses tanggal 11 januari 2013.
Anonim. 2009. Pemanfaatan fly ash. Http://dafi017.blogspot.com/2009/03/pemanfaatan-fly-ash-abu-terbang-dari.html. Di
akses tanggal 11 januari 2013.
Anonim. 2009. Dampak pembangunan pltu banten. Http://rizqinahriafarhani.blogspot.com/2009/12/dampak-pembangunan-pltu-ii-banten.html. Di
akses tanggal 11 januari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar